Beberapa hari lalu saya sempat ditanya oleh seseorang
terkait mata kuliah yang saya ambil di Institut Pertanian ini. Semester ini
secara sengaja saya mengambil mata kuliah yang sangat jauh dari bidang saya
sebenarnya, bidang pangan. Saya mengambil mata kuliah Sosiologi pedesaan. Mata
kuliah dimana kita belajar interaksi antara masyarakat desa, bagaimana cara
masyarakat desa berlembaga, dan hal - hal lain, semua mengenai desa dan isinya.
Sebenarnya, bukan hanya semester ini saja saya mengambil
mata kuliah semacam itu. Semester lalu, saya mengambil mata kuliah Ekologi
manusia, dimana kita belajar hubungan manusia dengan lingkungannya, penjagaan
dan perawatan lingkungan tempat manusia itu sendiri hidup. Sekali lagi, semua
itu berhubungan dengan manusia.
Kemudian muncullah pertanyaan untuk diri saya sendiri,
kenapa sebenarnya saya ambil mata kuliah ini? Ketika orang lain banyak yang
bertanya tentang pertanyaan yang sama. Apa saya tidak membuang – buang waktu
dengan mengambil sesuatu yang sebenarnya jauh di bidang saya?
“ Sebenernya mau juga ambil mata kuliah gitu, tapi takut
nilainya hancur “ Statement dari teman yang membuat saya ikut berfikir, kenapa
saya tidak berfiir seperti itu.
Berbagai
pertanyaan ikut muncul dalam benak saya ketika terus mencari jawaban dari
pertanyaan yang pertama.
Suatu
waktu, saya mendapat jawaban itu ketika mengingat apa yang saya pernah lakukan
beberapa tahun yang lalu, ketika saya lebih suka membantu orang lain saat tidak
ada yang tahu, ketika saya senang bergerak dalam ruang lingkup sosial ketika
ruang lingkup itu tidak dibawahi oleh program. Iya, jawabannya adalah kepuasan
hati, bahkan melebihi itu, dan saya belum menemukan nama atas hal itu.
Mengambil
mata kuliah yang jauh dari bidang bukanlah sesuatu yang salah, karena menjadi
berbeda bukanlah sesuatu yang harus ditakuti. Apa yang saya ambil semata – mata
bukan hanya untuk pemenuh kewajiban dalam pemenuhan sks kuiah. Tapi karena
kepuasan hati, ketika saya tahu bagaimana cara untuk membantu orang – orang yang
ada di desa, ketika saya tahu ilmu – ilmu untuk memuliakan orang – orang kecil,
orang yang kadang terlupakan dalam proses pembangunan Negara.
Dari
sinilah saya sadar, ada kesalahan sedikit mengenai sistem pendidikan kita, atau
mungkin jika saya salah, bukan sistemnya, tapi cara pandang orang yang ada di
dalam sistem itu yang salah. Mereka menganggap bahwa “ bidang ini adalah bidang
yang saya harus tekuni dan saya akan berdosa jika saya jauh dari bidang ini
ketika saya lulus, saya akan berurusan dengan orang tua, lalu tuhan di kemudian
hari “
Padahal
bukan itu, bukan hanya itu tepatnya. Kesejahteraan bukan hanya tentang
kekayaan, dan kebenaran bukan datang dari apa yang orang bilang. Saat kita
bahagia dengan sesuatu yang kita lakukan, itu bisa dikategorikan dalam kesejahteraan.
Dan ketika banyak orang yang bilang bahwa apa yang kita lakukan salah, itu belum
bisa dikategorikan bahwa kita salah.
Ada
sepotong kata yang menguatkan berbagai teori yang saya fikir tentang masalah
ini, mungkin sepotong kata ini juga dapat membantu orang dengan keadaan yang
sama.
“ … Bukan sekedar pemenuhan kewajiban, tapi
persoalan antara kita dengan tuhan. “
Persoalan bagaimana kita semua mempertanggungjawabkan atas apa yang kita lakukan, untuk kita dan orang di sekitar kita :)
Komentar
Posting Komentar