Sabtu, 1 Februari 2014
Metarmophosis atau dalam bahasa indonesia berarti perubahan bentuk. Berubah menjadi sesuatu yang baik bagai kupu – kupu yang meninggalkan bentuk lamanya menjadi sesuatu yang indah. Sesuatu yang dapat menghinoptis orang lain dengan keelokannya. Atau juga berubah menjadi yang lebih buruk dari yang sebelumnya, Seperti kecoak yang juga mengalami metarmofosis, mengalami hal yang sama dengan kupu – kupu tapi mendapat opini yang lebih buruk dibanding kupu - kupu.
Manusia juga seringkali mengalami metarmofosis dalam hidupnya, termasuk gue, karena gue juga bagian dari manusia. Setelah lama tak jumpa dengan blogger, setelah menghilang karena kesibukkan mencari jati diri, dan setelah Twitter dan facebook sedikit menggeser keberadaan blogger di hati gue. Dan disitu gue mulai menyadari bahwa efek dari twitter besar banget ternyata, di twitter yang dibatasi dengan 140 karakter gue Cuma bisa berkata ala kadarnya dan gak bisa berekspresi sebebas mungkin. Sama halnya dengan Keadaan negeri kita dulu zamannya babe suharto dimana berekspresi adalah suatu hal yang sangat mahal, boro – boro kita dulu bisa foto seenak jidat kita, foto sama temen2 yang lagi ngumpul aja mungkin dikira lagi buat suatu majelis yang diskusiin tentang penggeseran presiden zaman era baru itu. Boro – boro juga kita bisa update status yang gak penting dan dunia harus tau kayak sekarang ini, mungkin nulis status “ Ah aqoh kesel nich, Kamoh koq gak turun2 sich, Aqoh bete “. Mungkin status itu adalah update status terakhir kita, updatean yang disangka geram terhadap presiden yang tak kunjung lengser, Padahal mah kesel nunggu gaji gak turun2.
Sama juga seperti kecoak dan kupu – kupu, manusia bisa memilih metarmofosis seperti apa yang dia ingin jalani, sempurna dan mendapat hasil yang mengaggumkan, atau tidak sempurna dan mendapat hasil yang tidak memuaskan seperti halnya kecoak. Gue sendiri sekarang dalam tahap metarmofosis, rangkaian panjang yang sangat menentukan kehidupan gue selanjutnya, masalah dan rintangan bersilih ganti menghampiri dan meninggalkan, selalu ada 2 pilihan ketika masalah itu sendiri datang. Pilihan pertama, kita berhasil menjalani masalah dan menjadi orang hebat. Pilihan kedua, kita tidak berhasil mengatasi masalah itu dan terpuruk karena suatu masalah. Karena masalah sesungguhnya adalah bagaimana kita menghadapi suatu masalah.
Semester 3, iya sekarang gue semester 3, satu tahun yang lalu gue bilang di tulisan gue sendiri bahwa gue harus lulus dengan Cumlaude. Dan ternyata, cita – cita gue itu harus menjadi mimpi belaka. Gue dapet D dan gue harus ngulang tahun depan di salah satu mata kuliah jurusan gue. Entah mimpi apa gue sebelum liat nilai itu. Minggu – minggu yang berat gue harus rasain karena beruntun nilai gue harus turun dari semester sebelumnya. Iya ini adalah satu bentuk dari masalah, dan ini juga adalah salah satu bentuk teguran dari tuhan buat gue. Mungkin gue lalai semester 3 kemarin, atau munkin gue udah lelah di semester kemarin? Siapa yang tahu, yang pasti nilai D udah ngebangkitin semangat gue buat berubah di semester depan. Karena orang yang hebat itu adalah orang yang bisa bangkit dari keterpurukan, contohlah naruto ( ? ) yang gak kalah – kalah meskipun lawannya udah ngeluarin jurus paling ampuh, pasti selalu ada yang buat naruto selamat dan punya jurus baru. Gue heran. Dan gue selalu penasaran buat baca.
Blog gue juga mengalami metarmofosis mengiringi penulisnya yang sedang dalam tahap pembentukan jadi diri. Bisa dibilang Mas adalah bentuk selanjutnya dari Bang. Karena Mas terlihat lebih dewasa dari Bang, dan semoga aja tulisan gue juga lebih dewasa. Bukan jadi tulisan dewasa yah, tapi lebih dewasa isinya dan menghibur buat siapapun yang baca. Jikalau ada yang baca sih. Sekali lagi, siapa yang tahu. Kalau dulu gue lebih banyak menulis tentang hal galau yang gak tentu, sekarang gue akan banyak nulis hal galau yang tentu, galau juga tapi dikurangin.
Semester 3, berbagai amanah gue emban dan itu rasanya berat, mengingat amanah adalah sesuatu yang diminta pertanggung jawaban nanti di akhirat. Dari sini juga gue belajar gimana rasanya menjadi seorang pemimpin yang hebat seperti Nabi Muhammad SAW, dan Soekarno ( ini menurut gue ) bagaimana mereka bisa mengelola orang yang sangat banyak dengan berbagai macam cara berfikir, dan ini adalah sesuatu yang hebat, bisa berdiri dengan kokoh di atas kritikan yang menjatuhkan, dan saran yang menahan kita dari kejatuhan itu,serta bisa membuat keputusan yang tidak merugikan berbagai pihak, dengan waktu yang tidak lama.
Semester 3 ini juga gue belajar dari orang – orang sekitar gue yang kecewa karena nilainya tidak sesuai dengan harapan. Bagaimana mereka menaruh harapan yang besar di nilai, dan ternyata semua itu sirna. Ada satu quote entah dari siapa, bunyinya gini :
“ ketika kita menaruh uang pada satu tempat, dan uang itu hilang. Dan ketika kita menaruh satu kebahagiaan pada satu hal, ketika hal itu hilang, kecewalah kita . ” – unknown .
Pelajaran lagi buat gue, kebahagian tidak hanya di satu tempat, dan tergantung kita ingin mencari dan meletakkan dimana kebahagiaan itu. Rangkaian dari metarmofosis, rumit, penuh dengan permainan pikiran, yang sewaktu – waktu bisa menjebak kita stuck di pikiran itu.
Metarmofosis sendiri bukan berarti kita melupakan diri kita di masa lalu, berubah total menjadi sosok yang baru. Kenangan – kenangan yang gue punya dulu waktu kecil akan selalu gue inget, bagaimana banyak tingkahnya gue, bagaimana gue pernah nangis Cuma gara – gara minta beliin beyblade, dan bagaimana gue dulu pernah minta temenin tidur ibu gue sementara dagangan beliau belum habis, gue nangis, dan gak lama ibu gue nangis. Dan gue makin nangis setelah liat ibu gue nangis. Semua memori yang menjadi mood boosters gue untuk meraih metarmofosis yang sempurna, mood boosters untuk menghadapi rintangan yang beruntun.
Metarmofosis memang hal yang sangat membingungkan, kapan seseorang memulai dan berhenti dari metarmofosis tergantung bagaimana orang tersebut memilih. Semua tergantung kita, apakah kita tahan mengahadapi waktu dan rintangan dan bermetamorfosis seperti kupu – kupu, menjadi sosok yang lebih baik di masa depan. atau malah menyerah kalah terhadap waktu dan rintangan, dan bermetamorfosis seperti kecoak. Menjadi sosok yang tidak lebih baik di masa depan.
Metarmophosis atau dalam bahasa indonesia berarti perubahan bentuk. Berubah menjadi sesuatu yang baik bagai kupu – kupu yang meninggalkan bentuk lamanya menjadi sesuatu yang indah. Sesuatu yang dapat menghinoptis orang lain dengan keelokannya. Atau juga berubah menjadi yang lebih buruk dari yang sebelumnya, Seperti kecoak yang juga mengalami metarmofosis, mengalami hal yang sama dengan kupu – kupu tapi mendapat opini yang lebih buruk dibanding kupu - kupu.
Manusia juga seringkali mengalami metarmofosis dalam hidupnya, termasuk gue, karena gue juga bagian dari manusia. Setelah lama tak jumpa dengan blogger, setelah menghilang karena kesibukkan mencari jati diri, dan setelah Twitter dan facebook sedikit menggeser keberadaan blogger di hati gue. Dan disitu gue mulai menyadari bahwa efek dari twitter besar banget ternyata, di twitter yang dibatasi dengan 140 karakter gue Cuma bisa berkata ala kadarnya dan gak bisa berekspresi sebebas mungkin. Sama halnya dengan Keadaan negeri kita dulu zamannya babe suharto dimana berekspresi adalah suatu hal yang sangat mahal, boro – boro kita dulu bisa foto seenak jidat kita, foto sama temen2 yang lagi ngumpul aja mungkin dikira lagi buat suatu majelis yang diskusiin tentang penggeseran presiden zaman era baru itu. Boro – boro juga kita bisa update status yang gak penting dan dunia harus tau kayak sekarang ini, mungkin nulis status “ Ah aqoh kesel nich, Kamoh koq gak turun2 sich, Aqoh bete “. Mungkin status itu adalah update status terakhir kita, updatean yang disangka geram terhadap presiden yang tak kunjung lengser, Padahal mah kesel nunggu gaji gak turun2.
Sama juga seperti kecoak dan kupu – kupu, manusia bisa memilih metarmofosis seperti apa yang dia ingin jalani, sempurna dan mendapat hasil yang mengaggumkan, atau tidak sempurna dan mendapat hasil yang tidak memuaskan seperti halnya kecoak. Gue sendiri sekarang dalam tahap metarmofosis, rangkaian panjang yang sangat menentukan kehidupan gue selanjutnya, masalah dan rintangan bersilih ganti menghampiri dan meninggalkan, selalu ada 2 pilihan ketika masalah itu sendiri datang. Pilihan pertama, kita berhasil menjalani masalah dan menjadi orang hebat. Pilihan kedua, kita tidak berhasil mengatasi masalah itu dan terpuruk karena suatu masalah. Karena masalah sesungguhnya adalah bagaimana kita menghadapi suatu masalah.
Semester 3, iya sekarang gue semester 3, satu tahun yang lalu gue bilang di tulisan gue sendiri bahwa gue harus lulus dengan Cumlaude. Dan ternyata, cita – cita gue itu harus menjadi mimpi belaka. Gue dapet D dan gue harus ngulang tahun depan di salah satu mata kuliah jurusan gue. Entah mimpi apa gue sebelum liat nilai itu. Minggu – minggu yang berat gue harus rasain karena beruntun nilai gue harus turun dari semester sebelumnya. Iya ini adalah satu bentuk dari masalah, dan ini juga adalah salah satu bentuk teguran dari tuhan buat gue. Mungkin gue lalai semester 3 kemarin, atau munkin gue udah lelah di semester kemarin? Siapa yang tahu, yang pasti nilai D udah ngebangkitin semangat gue buat berubah di semester depan. Karena orang yang hebat itu adalah orang yang bisa bangkit dari keterpurukan, contohlah naruto ( ? ) yang gak kalah – kalah meskipun lawannya udah ngeluarin jurus paling ampuh, pasti selalu ada yang buat naruto selamat dan punya jurus baru. Gue heran. Dan gue selalu penasaran buat baca.
Blog gue juga mengalami metarmofosis mengiringi penulisnya yang sedang dalam tahap pembentukan jadi diri. Bisa dibilang Mas adalah bentuk selanjutnya dari Bang. Karena Mas terlihat lebih dewasa dari Bang, dan semoga aja tulisan gue juga lebih dewasa. Bukan jadi tulisan dewasa yah, tapi lebih dewasa isinya dan menghibur buat siapapun yang baca. Jikalau ada yang baca sih. Sekali lagi, siapa yang tahu. Kalau dulu gue lebih banyak menulis tentang hal galau yang gak tentu, sekarang gue akan banyak nulis hal galau yang tentu, galau juga tapi dikurangin.
Semester 3, berbagai amanah gue emban dan itu rasanya berat, mengingat amanah adalah sesuatu yang diminta pertanggung jawaban nanti di akhirat. Dari sini juga gue belajar gimana rasanya menjadi seorang pemimpin yang hebat seperti Nabi Muhammad SAW, dan Soekarno ( ini menurut gue ) bagaimana mereka bisa mengelola orang yang sangat banyak dengan berbagai macam cara berfikir, dan ini adalah sesuatu yang hebat, bisa berdiri dengan kokoh di atas kritikan yang menjatuhkan, dan saran yang menahan kita dari kejatuhan itu,serta bisa membuat keputusan yang tidak merugikan berbagai pihak, dengan waktu yang tidak lama.
Semester 3 ini juga gue belajar dari orang – orang sekitar gue yang kecewa karena nilainya tidak sesuai dengan harapan. Bagaimana mereka menaruh harapan yang besar di nilai, dan ternyata semua itu sirna. Ada satu quote entah dari siapa, bunyinya gini :
“ ketika kita menaruh uang pada satu tempat, dan uang itu hilang. Dan ketika kita menaruh satu kebahagiaan pada satu hal, ketika hal itu hilang, kecewalah kita . ” – unknown .
Pelajaran lagi buat gue, kebahagian tidak hanya di satu tempat, dan tergantung kita ingin mencari dan meletakkan dimana kebahagiaan itu. Rangkaian dari metarmofosis, rumit, penuh dengan permainan pikiran, yang sewaktu – waktu bisa menjebak kita stuck di pikiran itu.
Metarmofosis sendiri bukan berarti kita melupakan diri kita di masa lalu, berubah total menjadi sosok yang baru. Kenangan – kenangan yang gue punya dulu waktu kecil akan selalu gue inget, bagaimana banyak tingkahnya gue, bagaimana gue pernah nangis Cuma gara – gara minta beliin beyblade, dan bagaimana gue dulu pernah minta temenin tidur ibu gue sementara dagangan beliau belum habis, gue nangis, dan gak lama ibu gue nangis. Dan gue makin nangis setelah liat ibu gue nangis. Semua memori yang menjadi mood boosters gue untuk meraih metarmofosis yang sempurna, mood boosters untuk menghadapi rintangan yang beruntun.
Metarmofosis memang hal yang sangat membingungkan, kapan seseorang memulai dan berhenti dari metarmofosis tergantung bagaimana orang tersebut memilih. Semua tergantung kita, apakah kita tahan mengahadapi waktu dan rintangan dan bermetamorfosis seperti kupu – kupu, menjadi sosok yang lebih baik di masa depan. atau malah menyerah kalah terhadap waktu dan rintangan, dan bermetamorfosis seperti kecoak. Menjadi sosok yang tidak lebih baik di masa depan.
semangat bang kecap !!!
BalasHapus