Langsung ke konten utama

Hijau

       Cinta adalah sesuatu yang suci, cinta adalah misteri. Cinta, begitulah semua orang menyebutnya. Menyebut perasaan yang mengalir bagai arus sungai di atas awan tempat bidadari bersemayam. 

Egi termenung melihat kumpulan awan yang berjajar, berbaris seakan sedang menghiburnya, orang yang sedang duduk memandang langit memapahkan masalahnya kepada awan yang tanpa keluhan mendengar cerita-ceritanya. Semesta di sore hari ini mendukung Egi melepaskan semua masalah yang dia  alami. Rumput yang terbentang panjang menjadi alas untuk  mengagumi sejenak ornament–ornament langit. Angin berhembus membawa wangi dari rumput yang terlihat basah, bau itu, bau yang khas menenggelamkan Egi ke dalam ketenangan saat memejamkan mata. 

 “ Egi, makan es krim yu? “ Pesan singkat masuk ke hp usangnya.

“ Boleh, kamu dimana Vert1? Aku kesana “ Egi berdiri, melihat ke arah langit untuk yang terakhir kalinya, meninggalkan mereka sendiri seraya berterima kasih karena telah mendengar semua masalahnya. 

Egi datang menghampiri Vert yang sedang duduk memegang dua buah es krim yang salah satunya sudah meleleh di bagian atas. Egi duduk di sebelahnya, memandang bagian samping wajah Vert, orang yang sudah lama tidak dijumpainya. Kenangan ini terulang lagi, saat kedua bola mata itu saling bertatapan, saat mereka berdua ada di dalam dimensi yang sama, waktu dan tempat yang sama. 

“Maaf terlambat vert“ 

“Gak apa – apa, ini buat kamu“

“Kita udah berapa lama yah gak kaya gini? “ ujarnya, sambil menerima es krim dari Vert.

“Gak tau, abis kamu sibuk “

Vert adalah sesuatu yang lebih Egi kagumi dari langit di sore hari, Vert juga yang bisa membuat Egi berpaling dari nyamannya langit dan sejuknya angin yang membawa ketenangan. Vert adalah Vert, kekaguman Egi padanya mengabaikan semua yang ada di sekeliling. Dia bisa membuat Egi berusaha belajar sekalipun Egi tidak tahu tentang hal itu. Menjadi pengagum untuk Egi sudah lebih dari cukup, tak pernah terbayang sekalipun melihat Vert dan Egi berdiri berdua memandang satu arah yang sama, jemari mereka saling berpegangan. Mengagumi seseorang tidaklah harus menjadi pendamping orang yang kita kagumi, hal yang Egi tanamkan dalam–dalam sejak Egi yakin Vert adalah orang yang dia kagumi.
“Kamu ingat gak waktu kamu pertama sms? Kita belum kenal. Aku belum tau kamu, kamu juga belum tau aku “ Vert memancing memori–memori yang ada di benak Egi.

Hal pertama yang Egi ingat dari Vert adalah awal pertemuan, tanpa perlu diingatkan pun sebenarnya Egi sudah mengingatnya dengan detail bagaimana keraguan jari tangan dia sulit untuk mengirim pesan, bagaimana perasaan abstrak yang ada di dalam hatinya berkecamuk walaupun hanya sebatas mengirim pesan. Pesan singkat, pesan benar–benar singkat dia kirim untuk Vert agar jarak yang jauh dulu semakin dekat.

Dulu, sebenarnya Egi sudah memberi tahu Vert tentang perasaan istimewa yang dia punya, namun perasaan takut Egi karena merasa belum cukup pantas untuk Vert memaksa dia untuk menolak jawaban dari Vert, perasaan takut itu juga yang membuat mereka menjadi jauh sampai Vert kembali mengajak bertemu. Perasaan yang terlalu nyaman dengan suatu keadaan, perasaan yang membuat dia sering termenung ketika mendengar nama Vert.

Waktu itu, waktu Egi berdua dengan Vert di bawah derasnya hujan yang menghalangi gerak langkah kaki mereka. Petir yang kencang diiringi kilat yang begitu menyala seketika menerangkan langit yang saat itu sedang gelap. Di tengah derasnya hujan mereka berjalan berdampingan dengan dua payung yang sisi ujungnya mengenai satu sama lain.

“Vert, sampai kapan yah kita bisa terus dekat kaya gini? “ Egi mengeraskan volume suaranya karena terhalang derasnya suara hujan.

“Aku gak tau, Gi. Mudah – mudahan sampai kita lulus kuliah kita masih dekat yah“ Vert pun ikut mengeraskan suaranya.

“Vert, ada yang harus aku bilang ke kamu“ berhenti sejenak, Egi memasang wajah serius dan melihat ke arah Vert yang ikut berhenti.

 “Aku.. aku suka sama kamu, dari pertama aku ketemu kamu, aku ngobrol sama kamu, aku suka sama kamu, maaf aku suka sama kamu, kamu gak boleh jawab apa–apa, aku cuma mau bilang aja, maaf… Vert“ terbata–bata karena gugup menyampaikan perasaan ini kepada Vert langsung. 

 “Maaf, kamu janji yah jangan jawab apa–apa.“ menarik bibir bagian sampingnya, Egi tersenyum.

“Egi? “ Vert mendadak diam, dia hanya lanjut berjalan mendengar perkataan Egi tadi.

Waktu itu juga, hujan adalah saksi bagaimana seseorang yang takut perasaannya dibalas hanya karena satu alasan yang mengatas namakan perasaan. Perasaan takut dia belum pantas untuk orang yang dia kagumi. Egi berdiri terpaku di bawah hujan melihat Vert yang semakin jauh meninggalkannya, payung yang dibasahi hujan deras adalah hal yang bisa Egi lihat dari arah belakang. 

Semuanya lekat di dalam sel–sel pengingat Egi, kenangan itu akan selalu Egi ingat. Egi masih termenung, terlempar ke dimensi lain, dimensi beberapa waktu yang lalu saat-saat penting dalam hidupnya ketika dia menyampaikan perasaannya kepada Vert. Egi berhasil masuk lebih jauh ke dalam dimensi itu sampai terdengar suara yang memecahkan khayalannya, memanggil dan menarik dia dari dimensi khayalan.

“Gi? Kamu bengong yah? Ih, kamu ingat gak waktu pertama kamu sms aku?“ Vert menarik Egi kembali ke dimensi dimana dia harus berada.

“Iya aku ingat kok, aku sms kamu tapi kamu lama bales sms akunya“ Egi tersenyum. tak lepas pandangan dia ke arah kedua mata Vert yang lebih tenang dari awan yang berjajar di sore hari.

“ Gi, besok aku harus pindah kuliah, orang tuaku ada tugas ke luar negeri “ Vert tiba-tiba angkat bicara keluar dari pembahasan sebelumya, Egi terdiam, dia bingung apa yang harus dia lakukan. Kontradiksi. Ya, itu yang dia rasakan, sisi lain dia senang, di sisi lain lagi dia sedih orang yang sudah lama dia kagumi harus jauh dan tidak pernah bertemu lagi.

Mereka berdua tenggelam dalam obrolan, waktu bergulir cepat lebih cepat sampai mereka terpisah dan tak tahu lagi kapan merasakan hal yg sama seperti ini. Egi sempat bisu tatkala dia harus jauh dari Vert, dia tidak tahu sampai kapan akan memendam perasaan ini, sampai mereka berpisah saat ini pun Egi belum bisa menyampaikan sepenuhnya perasaannya kepada Vert, melapuk, usang di dalam hati. 

Egi berbaring di halaman rumahnya, kembali memandang langit, jajaran awan sore hari tadi sudah tidak jelas lagi terlihat, langit malam itu seperti kertas yg ditumpahi cat hitam dan ditaburi bintik putih. Bintang–bintang yang ada malam itu seakan melihat ke arah Egi, dan bertanya apa dia akan tetap memendam peraaannya terhadap Vert? Apa dia akan bisa menjaga perasaannya sampai Vert kembali ke tanah air dan mereka berdua bisa dekat kembali? Egi tetap diam, dia tidak bisa menjawab. Jantung Egi seakan terhujam keras saat Vert bilang dia akan pergi dari tanah air ini.

“Egi kamu dimana? Ada yang dateng ini teman kamu, dia ngasih kamu surat, mamah buka yah?“ Suara halus ibunya sekali lagi mematahkan perhatian Egi saat melihat langit.

“Egi ada di teras mah, yah jangan di buka“ Egi menjawab asal suara itu. Dia bangkit dari tidurnya dan menghampiri ibunya, mengambil surat itu lalu berjalan kembali ke halaman rumah.

“Siapa yang dateng mah?“

“Mamah gak kenal, Gi. Lagian tadi keliatan buru – buru gitu, cuma masuk pas mama panggil namamu dia langsung izin pulang lagi“

“Siapa ya, mah?“ Mengerutkan keningnya, Egi menebak - nebak siapa orang yang datang dan memberi surat ini.  

Sejuknya udara malam dengan suara gesekan halus dari daun – daun yang tertiup angin membuat suasana hati Egi kembali normal. Kembali berjalan ke teras masih dengan rasa penasaran, Egi duduk di halaman rumahnya, dia membuka surat itu dan membacanya. 

“Egi, maaf sebelumnya aku belum bisa sampain pesan ini  langsung ke kamu, aku cuma bisa tulis ini di kertas, dan maaf aku belum bisa kasih tau kamu aku berangkat malam ini. Aku ingat cerita tentang bintang yang pernah kamu ceritakan, kamu bilang dulu di dunia ini langit begitu hampa, gelap, sampai ada dua manusia yang saling menyatakan perasaannya, dan perasaan dari dalam hati mereka terbang ke langit, menghiasi langit. Perasaan Itulah yang sekarang disebut cinta, dan bintang adalah cinta orang – orang yang tulus mencintai orang lain. Egi, aku mau kita melihat pada bintang yang sama, bintang yang sinarnya berasal dari dalam hati kita masing – masing. sayonara2 Egi - kun “

Air mata Egi menetes dan membasahi kertas putih yang ada di tangannya, dia menahan sebisa mungkin air mata itu tidak merusak kertas yang sedang dia baca. Lengan kirinya mengusap air mata dari kantung matanya, Lengan kanannya tetap memegang kertas putih yang ternyata adalah secarik surat dari Vert sebelum dia berangkat meninggalkan negeri ini. Pertemuan sore tadi ternyata adalah pertemuan terakhir egi dengan Vert yang tidak tahu lagi mereka akan bertemu kapan sampai Vert kembali.

Egi terus memegang kertas putih itu, dia melihat ke arah bintang–bintang yang semakin memancarkan sinarnya. Lengan kiri Egi mengepal keras dan meyakinkan dirinya kalau dia akan tetap setia menjadi pengagum Vert, entah sampai kapan dia akan mengaguminya, sekalipun mereka sekarang ada di dimensi yang sama, waktu yang sama tapi tempat yang berbeda, Egi akan menjadi seseorang yang menjadi alasan untuk Vert kembali ke negeri ini.

Cerita cinta dari seorang pengagum adalah cerita cinta yang indah, ketulusan dari hati tanpa pernah berharap bisa berdua dengan orang yang di kagumi adalah sesuatu yang membutuhkan keyakinan kuat, menjaga perasaan yang terpendam dan tersimpan begitu lama sampai mengendap di hati.

Rintikan hujan yang turun dari langit membuat Egi terbangun dari mimpinya, angin yang begitu sejuk sore ini telah membawanya sejenak ke kenangan masa lalu. Senyuman, senyuman khas Vert yang dihiasi dengan lesung pipinya adalah hal terakhir yang dia lihat sesaat sebelum membuka mata. Hujan yang menjadi saksi bisu sekarang kembali lagi membawanya keluar dari kenangan yang telah dia simpan sangat dalam. Barisan awan yang tadi setia mendengarkanpun ternyata telah meneteskan air mata karena gelisah hati seseorang yang telah kehilangan misteri dari masa lalunya.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulas Film : Aladdin

                              Will Smith Steal The Show, Aladdin and Jasmine Steal The Heart Sinopsis : Film Aladdin adalah film Live-Action Disney yang kesekian kalinya, bercerita tentang pemuda yatim piatu miskin yang tinggal di sebuah kota bernama Agrabah dan hanya ditemani dengan seekor monyet cerdik bernama Abu. Suatu hari, Aladdin bertemu dengan Putri Kerajaan yaitu Putri Jasmine yang sengaja menyembunyikan identitasnya di kerumunan pasar. Putri Jasmine adalah anak dari Raja Kerajaan Agrabah, kerajaan yang juga memiliki penasihat kerajaan yang secara tersembunyi memiliki keinginan jahat untuk menguasai kerajaan dengan cara mencari Lampu Ajaib yang konon bisa mengabulkan segala permintaan. Pertualangan dimulai ketika Aladdin lah orang yang bisa menemukan lampu ajaib tersebut terlebih dahulu dari penasihat kerajaan Agrabah. Ulasan : Aladdin adalah film Live-Action Disney yang hadir ke layar bioskop setelah Dumbo dan Christopher Robin. Layaknya Film Live-Action Di

IPB OH IPB

          Yeay akhirnya setelah sekian lama, Blog gue bisa kebuka lagi *kayang sambil minum es           Akhirnya juga setelah beribu-ribu tahun, gue bisa celoteh panjang yang insya Allah gak ada yang liat. Bukan.. bukan karena gue gak mau kasih liat, tapi emang gak ada yang mau liat, gak ada yang visit blog gue. oke mulai.... Bulan puasa, bulan yang penuh rahmat, dimana semua orang berlomba-lomba berbuat kebaikan, dimana pahala di lipat gandakan, disitu pula orang terlihat mengenaskan. Banyak banget orang-orang yang kerjaannya cuma tidur-tiduran, entah di kamar, kostan, atau di tempat yang paling nyaman buat numpang tidur, balkon masjid. Gaya tidurnya pun macem-macem, ada yang selow tidurnya kaya putri salju, ada juga yang tidurnya beringas kaya beruang madu yang lagi operasi cesar.           Eh tapi Gue gak mau cerita tentang ramadhan, dosa. Gue mau cerita tentang............ IPB *jeleger . Kampus tercinta, kampus hijau, kampus yang gue impi-impiin

Ulas Film : Film Wewe Gombel Versi Latin Tidak Lebih Seru dari Wewe Gombel Versi Lokal

Film The Curse Of The Weeping Woman sudah menarik untuk dilihat ketika tiba – tiba ganti judul yang awalnya The Curse of La Llorona menjadi The Curse Of The Weeping Woman. Hal yang menarik lainnya adalah karena film ini diproduseri oleh James Wan yang kemarin sukses dengan Aquaman dan juga sebelum-sebelumnya cukup sukses dengan The Conjuring Universe . Film La Llorona termasuk ke dalam Universe-nya The Conjuring, tepatnya beberapa tahun setelah film Anabelle yang pertama. Premis film The Curse Of The Weeping Woman adalah tentang seorang Orang tua tunggal yang mempertahankan kedua anaknya yang ingin diambil oleh roh jahat La Llorona. La Llorona sendiri mempunyai history perempuan yang membunuh anak-anaknya karena sakit hati diselingkuhi oleh sang suami, kemudian membunuh dirinya sendiri dan menjadi roh jahat yang ingin mengambil setiap anak – anak yang tak lagi disayangi oleh orang tuanya. Roh Jahat ini disebut sebagai La Llorona... atau bisa juga disebut di Indonesia seba