Desa
adalah subunit terkecil dari pemerintahan Negara,desa dibatasi oleh wilayah
yang sudah ditentukan dengan desa lain, mempunyai kearifan lokal dan komoditi lokal
di dalam wilayahnya. Desa, hal yang pertama ada di benak kita ketika mendengar
desa adalah kumuh, terbelakang, bodoh, dan
menyusullah hal yang kedua, indah, asri, dan sejuk. Desa dalam pandangan
suatu perusahaan besar adalah ladang uang, tempat yang bisa mendapatkan tenaga
kerja dengan upah murah, dan waktu kerja yang banyak, Eksploitasi tenaga dan
waktu secara besar – besaran. Sedangkan, desa dalam pandangan mahasiswa adalah
ladang percobaan, bercoba hasil penelitian mereka yang kadang memberi harapan
kosong untuk masyarakat desanya sendiri, berjanji akan memberikan suatu jalan
keluar, namun ketika waktu untuk turun ke desa sudah habis dan masalahnya belum
selesai, mahasiswa pergi begitu saja. Iya itu kita, mahasiswa.
Komoditi
yang khas dan melimpah harusnya bisa dimaksimalkan dan menjadi keunggulan
khusus suatu desa. Bukannya mereka tidak mau, tapi mereka tidak bisa dan tidak
tahu apa yang harus mereka lakukan dengan hasil alam mereka sendiri, dan
hasilnya hanya hasil mentah yang mereka jual atau bahkan hanya untuk dijadikan
konsumsi sendiri. Kearifan lokal dan kelembagaan yang ada di desa tersebut juga
kadanga hilang, hanyut oleh masuknya budaya – budaya dari luar, jaringan
komunikasi yang sudah menyebar mulai masuk dan menarik masyarakat desa agar
keluar dari kebiasaannya, dan meninggalkan keunikan daerahnya. Kekerabatan antar
wara desa juga nampaknya sudah mulai berkurang, kesibukkan untuk hijrah ke kota
mencari nafkah mengurangi waktu mereka untuk mengembangkan daerah mereka
sendiri, dan mengurangi waktu mereka untuk menjalin kekerabatan dengan sanak
saudaranya sendiri.
Selanjutnya timbullah pertanyaan,
apa ketika semua itu terjadi, pergeseran budaya dari desa ke kota lalu desa bisa
berubah menjadi kota? Atau malah sebaliknya, kota yang berubah menjadi desa? Jawabannya
jelas tidak, karena kota dan desa adalah kata yang terpisah, bukan hierarki. Sebagus
apapun insfrastruktur desa, semaju apapun orang – orang yang tinggal di desa,
namanya tetaplah desa, tidak berubah menjadi kota. Lalu buat apa kita,
mahasiswa sibuk menggunakan waktu kita untuk turun ke desa? berniat memajukan
desa tersebut jika namanya hanya tetap desa, yang sering orang anggap kumuh.
Disinilah salahnya, mahasiswa sering salah kaprah dengan pengembangan masyrakat,
dalam benak banyak mahasiswa, mereka ingin memajukan desa tersebut dan
merubahnya menjadi suatu daerah kecil yang maju dan cerdas, dan disebut kota. Padahal,
untuk meyejahterakan masyarakatnya itu sudah jauh lebih cukup dan tetap melestarikan
budaya dan kearifan dari desa tersebut.
Hubungan antara desa dan kota juga
sangat erat, kedua kata yang saling dukung. Kita yang sering salah terlalu
membanggakan kemajuan kota yang padahal ada andil besar masyarakat desa
terhadap kemajuan kota dan Negara kita, sektor pertanian yang menjadi kehidupan
utama masyarakat desa adalah harapan kehidupan untuk masyarakat kota, ketergantungan
bahan pangan seperti itu semakin merekatakan hubungan antara desa dan kota.
Harusnya masyarakat desa bangga karena mereka adalah salah satu roda penggerak
perekonomian kota, bahkan Negara sekalipun.
Ilmu yang sangat minim tentang cara
mengolah hasil panen sering menjadi masalah utama , penjualan produk pertanian
dengan harga murah sangat menjadi sorotan dan menjadi alasan kenapa pedesaan
sangat erat dengan kemiskinan, dan kemiskinan sangat erat dengan pertanian.
Jika semua itu bisa dihilangkan, diputus, dan diperbaiki maka pertanian di
pedesaan bukan lagi menjadi suatu yang murah dan identik dengan kemiskinan. Teknologi
berkembang begitu pesat, begitu pula teknologi yang menyangkut pengolahan pasca
panen, industrialisasi di pedesaan harusnya sudah terjadi mengingat banyak yang
bisa dimanfaatkan dan dikembangkan dari hasil panen yang begitu melimpah.
Sayang jika hanya dijual mentah tanpa diolah dan ditambah nilai jualnya.
Apalagi jika sudah masuk dalam skala industri, pengolahan hasil panen akan jauh
lebih menguntungkan ketika sudah masuk dalam skala industri dengan nilai jual
yang jauh lebih berbeda dari bahan mentahnya.
Pertumbuhan industri di perkotaan
harus diseimbangi dengan pertumbuhan industri di pedesaan, tapi yang nyatanya
terjadi adalah ketimpangan. Kota yang sangat maju dalam segi industri tidak
diikuti dengan desa yang masih dalam skala kecil/rumah. Dampak dari semua itu
adalah banyak orang – orang di desa yang berhijrah ke kota hanya untuk mengadu
nasib tanpa punya kemampuan. Jika di desa industri pertanian dikembangkan maka
tidak akan ada lagi orang yang berhijrah hanya untuk mengadu nasib, karena
dirumahnya sendiri pun mereka sudah bisa memperbaiki nasib mereka, dan dampak
di kota pun sangat baik karena tidak lagi menjadi wilayah yang sangat padat
dengan hunian. Iya dan itu adalah Salah satu penyebab Kemunduran kota – kota besar,
ketidak menyeluruh nya pembangunan di Negara kita ini, Indonesia. Pedesaan yang
ditinggal untuk sementara dan lebih fokus untuk memajukan kota adalah penyebab
banyaknya warga desa yang berhijrah dan membuat kota menjadi hunian yang tidak
sehat lagi untuk ditinggali. Kemiskinan, kriminalitas, semakin menjadi – jadi di
kota karena efek dari ketimpangan kemajuan antara desa dan kota. Alhasil, nama
baik Negara pun semakin tercoreng karena kondisi daerah kita yang paling maju,
kota, seperti itu adanya.
Pembohongan terhadap masyarakat
desa oleh perusahaan asing pun semakin marak terjadi, diimingi dengan biaya
alih lahan yang cukup tinggi, Dibohong – bohongi dengan pembuatan lahan kerja
di daerahnya, mereka rela menjual lahannya untuk di eksploitasi secara besar –
besaran. Hasil yang diterima hanya alam yang sudah tidak asri lagi karena sudah
di gunakan dengan serakah oleh perusahaan asing. Kehidupan masyrakat desa tidak
berubah, malah semakin buruk karena mereka tidak punya lahan untuk dikembangkan
dan untuk memajukan kehidupan mereka sendiri, kadang kala yang terjadi adalah
konflik masyarakat asli desa dengan perusahaan asing tersebut. Dan sekali lagi
itu mencoreng nama baik Negara jika berita yang terdengar hanya mentah,
“ Suatu Perusahaan asing diserang oleh masyarakat asli desa di Indonesia, karena perusahaan asing menolak masyarakat desa yang hanya terus meminta upah “. Semua itu tidak akan terjadi jika mereka sudah tidak terbebani lagi dengan keadaan ekonomi wilayah mereka, tanpa harus menjual nya pun mereka bisa memanfaatkannya dengan maksimal.
“ Suatu Perusahaan asing diserang oleh masyarakat asli desa di Indonesia, karena perusahaan asing menolak masyarakat desa yang hanya terus meminta upah “. Semua itu tidak akan terjadi jika mereka sudah tidak terbebani lagi dengan keadaan ekonomi wilayah mereka, tanpa harus menjual nya pun mereka bisa memanfaatkannya dengan maksimal.
Harusnya kita semua sadar bahwa
harapan nyata masa depan Indonesia, tanah air kita adalah pedesaan, ada berapa
banyak pedesaan yang ada di Negara kita? Berapa banyak sumber daya alam yang
belum diolah di dalam sana? Ada berapa banyak sumber daya manusia yang bisa dikembangkan
dan dimajukan di dalam desa? Indonesia masih belum bisa dengan cepat maju dalam
bidang teknologi, mengembangkan pedesaan adalah jawaban nyata untuk kemajuan Negara
kita. Karena ketika desa maju, maka kota pun akan semakin maju, dan Negara akan
maju mengikuti dengan sendirinya.
Komentar
Posting Komentar